PALU – Untuk bisa berdaya saing, maka salah satu kuncinya adalah menguasai teknologi dan selalu berinovasi. Termasuk bagi petugas statistik, sudah seharusnya menjadikan perkembangan teknologi saat ini, dalam mendukung kinerjanya, sehingga lebih cepat dan akurat dalam mengirimkan informasi ke pusat data untuk diolah.
“Perkembangan di sektor Information Communication Technology (ICT), sudah demikian pesatnya. Kalau kita tidak mau mengikutinya, maka anda harus rela berada di barisan belakang dan sudah pasti anda tidak akan mempunyai daya saing. Kemajuan teknologi saat ini, harus mampu kita manfaatkan untuk mendukung kinerja kita,”kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, DR Ir Hasanuddin Atjo, MP, saat memberi paparan dalam finalisasi dan validasi data Statistik Perikanan Budidaya, akhir pekan kemarin.
Petugas statistik, mutlak untuk menguasai teknologi, khususnya ICT. Dalam pengolahan data lapangan, lalu kemudian mengirimkannya ke pusat data yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, harus menggunakan fasilitas ICT. Sudah bukan zamannya lagi, pengiriman secara manual, karena selain memakan waktu, juga sangat tidak efisien.
Dengan ICT, pengiriman data lebih cepat. Dengan demikian, akan cepat bagi pengambil kebijakan untuk mempelajarinya, lalu menjadikannya sebagai input atau landasan untuk mengeluarkan kebijakan.
“Ingat, hanya dengan data yang akurat, melahirkan kebijakan yang tepat sasaran. Maka dari itu, peran anda dalam menggali informasi di lapangan sangat penting. Manfaatkan semua teknologi, dalam mendukung kinerja anda,”katanya lagi.
Dalam paparannya, Hasanuddin Atjo, mengutip berita dari salah satu media nasional, yang menyebutkan bahwa ternyata Indonesia masih cukup besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk melakukan impor pangan. Tercatat sekitar Rp436 triliun. Termasuk impor garam dan sektor perikanan. Kondisi ini cukup ironi, mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, serta memiliki garis pantai yang cukup panjang, tapi masih cukup besar melakukan impor garam.
Kondisi ini, memberikan indikasi ada yang salah. Menurut Hasanuddin, salah satu kesalahannya, bisa jadi karena pelaporan statistik yang tidak akurat, menyebabkan lahirnya kebijakan yang tidak tepat sasaran. Imbasnya, Indoensia yang dikenal sebagai negara dengan potensi agraria dan kelautan, tapi ternyata masih menggantungkan kebutuhan pangannya dari negara-negara lain.
Kepada para petugas statistik, Hasanuddin juga mendorong untuk menguasai pekerjaaan yang digelutinya. Dengan menguasai angka-angka statistik, mestinya petugas statistik bisa menjadi pelaku usaha.
“Pengalamannya di lapangan, menjadi sumber informasi baginya, tentang peluang apa yang bisa dia masuki. Ini tantangan sekaligus peluang buat bapak dan ibu sekalian, setelah menguasai statistik, bekerja dengan ICT, anda akan tahu peluang apa yang bisa dimasuki, dan anda telah punya modal, yakni jaringan kerja yang bisa digunakan untuk mengembangkan bisnis,”tandasnya.(hnf)



