Kolam supra intensif skala rakyat ini, berbentuk tangki bundar dengan diameter 8m dan tinggi tidak sampai dengan 2m. Satu tangki, diperkirakan hanya membutuhkan luas lahan 10x10 atau 100m persegi.
"Jika kita ingin membuat empat tangki untuk pembesaran udang, dua tangki tandon, ditambah rumah untuk penjaga kolam, kira-kira kita hanya butuh luas lahan 750m persegi saja" kata Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP, ditemui di ruang kerjanya, senin kemarin (26/2).
Kemudian untuk modal kerja, setiap tangki dapat diisi antara 300 ribu hingga 350 ribu ekor dalam setiap satu masa budidaya atau siklus. untuk kebutuhan listrik, diestimasi setiap tangkinya menyerap energi listrik jika dikonversikan ke nominal rupiah, sekitar Rp. 500 ribu perbulan. Lalu kebutuihan pakannya, sekitar 400 Kg untuk satu siklus masa budidaya.
Untuk hasilnya, Hasanuddin Atjo, mengatakan bahwa setiap tangkinya bisa mendapatkan panen udang 300 Kg untuk masa budidaya 1 siklus atau sekitar 100 hari. Bisa dilakukan satu kali parsial, ketika udang sudah mencapai ukuran konsumsi atau sekitar size 70 ekor dalam setiap kilogramnya. Setelah itu, dilakukan panen total, ketika udang sudah mencapai ukuran size 40 ekor per kilogramnya.
"Sekarang harga udang dipasaran, kalau untuk ukuran size 70, antara Rp. 65 ribu hingga Rp. 68 ribu perkilogramnya. Untuk size 40 bisa mencapai Rp. 85 ribu per kilogramnya", katanya lagi.
Hasanuddin Atjo, mengatakan jika ada yang berminat untuk membuat kolam supra uintensif berskala rakyat ini, dia menganjurkan agar membuat kolam minimal 2 tangki, agar lebih efisien. Akan lebih efisien lagi, jika dilakukan dengan cara berbasis kawasan dan dikoordinir lembaga koperasi.
"Kalau punya empat tangki, prediksi saya bisa mencapai hasil panen hingga 1,2 ton dalam 1 siklus masa budidaya. Silahkan dikalikan saja dengan harga udang yang mencapai Rp. 85 ribu per kilogramnya. Kalau banyak, akan lebih efisien penggunaan daya listrik dan tenaga kerjanya", katanya lagi.
Total biaya operasional budidaya untuk setiap petak ini ditaksirRp. 12 juta untuk setiap siklus dengan produktifitas 300 Kg udang vaname per petak sekali panen. Dalam setahun panen bisa berlangsung tiga kali.
Bila seorang petambak memiliki satu petak saja, dengan tiga kali panen setahun, akan menghasilkan 900 Kg udang yang bila dijual dengan harga rata-rata Rp. 70 ribu/Kg, akan menghasilkan omset Rp. 63 juta.
Jika dalam satu kawasan, banyak yang melakukan usaha budidaya ini, maka sebaiknya dibentuk koperasi yang mengatur soal drop benur, mengatur pakan hingga mengartur pemasaran hasil panen para pembudidaya.
"Jika satu orang punya m,inimal 2 tangki, berarti dalam satu siklus dia butuh 700 ribu ekor benih udang. Jika dalam satu kawasan ada 10 orang, maka berarti ada kebutuhan benih hingga 7 juta benur udang dalam satu siklus masa budidaya. Belum lagi kebutuhan pakannya. Kalau sudah seperti ini, maka koperasinya saya yakin akan memiliki bargaining dengan pihak penyedia benih dan pakan. Begitu pun ketika panen, koperasinya akan punya posisi tawar dalam menentukanan harga, karena panennya banyak," urai Hasanuddin Atjo.
Menurut Hasanuddin Atjo, bahwa teknologi budidaya udang supra intensif skala rakyat ini merupakan hasil pengembangan untuk memenuhi harapan masyarakat yang bermodal terbatas dalam mereplikasi teknologi budidaya udang paling produktif di dunia tersebut.
"Selama ini kan bnyak pengusaha yang bermodal terbatas mengaku tidak sanggup mereplikasi teknologi ini karena besarnya dana investasi yang dibutuhkan bila harus menggunakan tambak konstruksi beton. nah. teknologi budidaya skala rakyat ini merupakan jawaban sehingga diharapkan budidaya udang akan semakin memasyarakat sehingga Indonesia bisa tampil sebagai penghasil udang penting didunia", tandasnya.
Sumber: Radar Sulteng
-
Teknologi Kolam Udang Vaname Supra Intensif Skala Rakyat
-
Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah Moh Arif Latjuba menebar benih ikan nila di kolam pembesaran Lepbuk Ansor di Kota Palu, Jumat (20/3). Penebaran disaksikan Kepala Seksi Perikanan Budidaya DKP Sulteng Budiyanto Somba, beberapa staf bidang budidaya DKP Sulteng, penyuluh lapangan Perikanan Kota Palu, Ramli, dan Ketua PC Ansor Kota Palu Erwin Samangka serta anggota kelompok Lepbuk
-
Sulteng Kaya SDA Perikanan, Perlu Perencanaan Matang dan Aksi Konkret










