Bidang III Perikanan Budidaya dan P2HP

Cetak

PALU – Inovasi dan teknologi, mampu menjadikan India menjadi negara nomor satu yang paling banyak mengirimkan (ekspor) udang ke pasar Amerika. Padahal dibandingkan lima tahun sebelumnya, India masih berada di urutan kelima, pengekspor udang terbesar ke pasar Amerika.

“Kita Indonesia, juga tetap bisa bangga, karena kita saat ini masih berada di posisi kedua atau runner up, pengekspor udang ke pasar Amerika. Tapi kalau kita tidak mampu melakukan inovasi, dan menggunakan teknologi, tinggal tunggu waktu saja, kita akan dikalahkan oleh negara-negara yang saat ini, masih berada di bawah kita,”kata Ir Gunawan, yang mewakili Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), saat membawakan materi dalam kegiatan finalisasi dan validasi data Statistik Perikanan Budidaya, akhir pekan kemarin.

Menurut Ir Gunawan, kunci sukses India sehingga mampu merajai pasar ekspor udang ke Amerika, adalah inovasi dan teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, hampir semua tambak-tambak udang di India yang masih menggunakan cara-cara tradisional, diubah menjadi tambak intensif full teknologi.

Dalam catatan AP5I, bahwa sepanjang 2015, mulai Januari hingga Desember, tercatat ekspor udang India ke Amerika, 135.695 ton. Disusul Indonesia di posisi kedua, 114.376 ton. Kemudian di peringkat ketiga, Ecuador 85.634 ton, Vietnam 60.326 ton, Thailand 73.579 ton dan Tiongkok 28.563 ton.

Kondisi ini kata Darmawan, akan berubah seiring dengan upaya-upaya perbaikan yang terus dilakukan negara-negara lain. Apalagi pasar Amerika, dikenal cukup ketat dalam menerapkan standar kualitas mutu, setiap barang akan dijual ke marketnya.

“Tapi peluang buat pengkespor udang, karena umumnya pasar di Amerika, jangkauannya untuk orang-orang yang lebih muda, dibandingkan pasar di Jepang. Artinya, tingkat konsumsinya akan lebih banyak. Bahkan evaluasi terakhir, perkapita tingkat konsumsi ikan, bukan lagi Jepang tapi Amerika, dan yang paling banyak dimakan orang Amerika adalah udang,”ungkapnya.

Olehnya itu, Darmawan mendorong pelaku usaha, utamanya pembudidaya udang di Indonesia, untuk segera meninggalkan pola lama, yakni membudidayakan udang dengan cara tradisional. Selain tidak efisien, juga tidak memiliki jaminan kualitas, yang dapat menembus pasar Amerika, yang kian menerapkan standar cukup tinggi, terkait impor pangan ke negaranya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, DR Ir Hasanuddin Atjo MP, yang juga Ketua Asosiasi Petambak udang dengan omzet di atas Rp1 miliar (Shrimp Club), mengakui bahwa saat ini India, masih menjadi negara nomor satu pemasok udang ke pasar Amerika. Diakuinya pula, bahwa India mampu merajai pasar udang, karena tambak-tambaknya sudah tidak lagi menggunakan cara-cara modern.

“Selain itu, semua komponen sarana yang digunakan, hampir tidak ada yang impor, semuanya hasil karya dalam negeri mereka. Kondisi ini pula, yang membuat harga udang India sedikit lebih murah dibandingkan kita, sehingga mereka mampu bersaing di pasar Amerika,”kata Hasanuddin Atjo ditemui terpisah.

Berbeda dengan Indonesia, yang komponen sarananya masih banyak yang menggunakan konten impor. Akibatnya, berimbas pada cost operasional, yang membengkak dan berimbas pada harga jual udang. Olehnya itu, penemu teknologi supra intensif ini, juga berharap agar pakar teknologi, sudah harus berpikir untuk membuat komponen dalam rangka mendukung kegiatan di sektor budidaya.

“Saya sangat yakin, kemampuan Sumber Daya kita tidak kalah dengan negara lain. Yang perlu saat ini tinggal kemauan. Coba ambil motto yang pernah dilakukan Tiongkok, yakni ATM atau Ambil lalu Tiru dan Modifikasi. Kalau sudah seperti ini, saya yakin Indonesia akan mampu merajai pasar, bukan hanya udang tapi komoditi lainnya,”tandas Hasanuddin Atjo.(hnf)